Sabtu, 19 Juni 2010

LAWANG GINTUNG,Sejarah Budaya dan Filosofi

Sampurasun,
LAWANG GINTUNG,Sejarah Budaya dan Filosofi
oleh : R.Lalam Wiranatakusumah
Masyarakat sunda mewarisi peradaban masa lampau yang adi luhung. Yakni peradaban sunda yang diwujudkan dalam berbagai karya budaya utuh. Karya-karya budaya itu memiliki kekhasan tersendiri baik jenis maupun bentuk sebagai warna jati diri masyarakat sunda,yang sudah barang tentu berbeda dengan bentuk,jenis dan warna budaya etnis lainnya.
Namun ditengah hiruk pikuknya budaya gkobal dan carut marutnya kehidupan budaya tradisi masyarakat sunda nyaris kehilangan tatapakan. Seolah budaya sunda tidak lagi punya "wajah".
Jika etnis lain, seperti Jawa,Bali,Minangkabau,dll betul2 memelihara dan dengan berani memperlihatkan wajah karya budaya leluhurnya melalui pelestarian bentuk2 bangunan fisik ( Tata Rupa Arsitek Bangunan ) sebagai bagian dari pembangunan sarana fasilitas umum, mengapa kita ( orang sunda ) lebih bangga dengan karya arsitektur bangsa deungeun.
Budaya adalah merupakan benteng terakhir suatu peadaban,lemahnya eksistensi budaya sunda menandakan lemahnya upaya kita dalam memproteksi budaya sunda. Jika terus menerus dibiarkan bukan tidak mungkin peradaban sunda perlahan makin kian tenggelam tanpa meninggalkan wajah.


LAWANG GINTUNG
Lawang Gintung dalam catatan sejarah pada naskah-naskah kuno, yaitu pintu gerbang memasuki wilayah teritorial negara atau pintu tanda masuk, pura saba pajajaran atau ibu kota negara untuk bisa terus masuk wilayah kadaton suradipati. Keraton Pajajaran bergelar SriBima Punta Narayana Madura Suradipati.Untuk provinsi Jawa Barat yang kita lihat sekarang masih memperlihatkan atau membangun ulang, pintu gerbang atau gapura gaya Mataram sebagai sisa budaya arsitektur jajahan dimana setelah Pajajaran membubarkan diri wilayah Parahiangan atau Pasundan dikuasai Mataram,semua pola arsitektur Pajajaran di bumi hanguskan oleh Demak ( Kerajaan Demak ) dan diteruskan oleh penjajahan Mataram.
Bangunan Lawang Gintung merupakan bagian integritas dari wilayah kadaton Sri Bima Punta Narayana Suradipati berfungsi sebagai gerbang utama memasuki wilayah kedaton atau ibukota kerajaan.
Keraton dan perlengkapannya pertama kali didirikan semasa kepemimpinan Prabu Raja Tarus Bawa ( 669-732 M ) memegang tampuk 2 kerajaan besar yang luasnya meliputi seluruh Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah, sekaligus yakni kerajaan Tarumanegara ( meneruskan Prabu Linggawarman ) dan kerajaan Galuh meneruskan tahta kerajaan dari ayahnya ( Prabu Mandiminyak ) kedua kerajaan besar tersebut berhasil disatukan dengan gelar kerajaan tersebut SUNDA SEMBAWA arsitektur Lawang Gintung memiliki bentuk muka yang sama dengan kadaton kelebihan arsitektur bangunan kadaton begitu juga Lawang Gintungnya, terletak pada bagian suhunan ( ampig dan wuwung ) karena dibuat dengan estetika. Estetika yang kuhung,agung,megah,berwibawa serta sarat akan simbol yang mengandung makna filosofi.
Bentuk suhunan julang ngapak, pada puncak wuwung paling atas terdapat bentuk Cagak Gunting.
Serta ornamen ukiran pada bagian Ampig merupakan simbol-simbol filosofi khas khasanah budaya yang mengandung nilai-nilai spiritual manusia sunda terhadap tuhan,alam, dan sesama manusia. alam dan sesama manusia sebuah sikap spiritual yang integritas.
Bentuk jadi Lawang Gintung ini dapat dilihat dari gedung bandung TV.
Cag

Tidak ada komentar:

Posting Komentar